Dialog Imajiner : Yang Harus Diperbuat

Anak: "Ayah, aku merasa menyesal, bersalah dan malu."

Ayah: "Ada apa dengan mu nak?"

Anak: "Aku pernah mematahkan hati seorang wanita yang mencintaiku. Lalu aku pergi meninggalkannya begitu saja."

Ayah: "Kau memang bersalah dan pantas untuk sesekali menyesalinya. Lalu apa yang membuatmu malu Anakku?"

Anak: "Aku malu bahwasanya kini aku sadar telah mencintainya ditiap-tiap ruang pikiran dan hatiku Ayah. Aku tak tau harus berbuat apa."

Ayah: "Lalu kau akan melakukan berbagai hal untuk menunjukkan padanya bahwa kau begitu mencintainya?"

Anak: "Iya Ayah."

Ayah: "Jangan bodoh Anakku."

Anak: "Kenapa Ayah? Bukankah hal yang kulakukan adalah agar dapat mendapatkannya kembali??"

Ayah: "Kau belum mengerti Kehidupan nak. Mencintai bukan soal mendapatkan atau tidak."

Anak: "Lalu bagaimana Ayah?"

Ayah: "Wanitamu itu seperti bunga.. Ketika kau menyukai sebuah bunga, kau kan memetiknya. Tapi ketika kau mencintai sebuah bunga, kau kan menyiraminya setiap hari. Jika kau mengerti ini, kau mengerti kehidupan.. Dan mengerti apa yang harus kau perbuat."

Anak: "Hemm..mengerti apa yang harus ku perbuat..."

Ayah: "Kau tak perlu melakukan sesuatu hanya untuk mendapatkan perhatiannya. Lakukanlah sesukamu selain itu. Kau punya karakter nak. Gunakan itu.
Maka ia akan mengikutimu. 
Jika tidak maka ia bukan bungamu lagi. Yasudah Ayah pergi mancing dulu."

Anak: "Melakukan sesukaku....?? Baik Ayah, aku mengerti. Hati-hati."

Lalu sang Anak terbayang..
Seperti hal nya ia dahulu, yang menyiramiku setiap hari didalam tulisannya. Namun sialnya aku telat untuk mekar, karena aku adalah bunga yang jarang ditemui. Bunga yang jika sudah mekar maka akan tetap mekar pada jangka waktu yang lama atau mungkin selamanya hingga si bunga itu mati.

Comments